Selasa, 24 September 2013

Barista Boot Camp 2013 Perkebunan kopi Rantaya, Pangalengan, Jawa Barat 21 September 2013





Barista Boot Camp adalah acara yang diselenggarakan oleh sebuah majalah online di Indonesia yang focus mengulas segala sesuatu tentang kopi dan yang berhubungan dengan kopi itu sendiri. cikopi.com , bekerja sama dengan Get Back Coffee, Jakarta dan Morning Glory Coffee, Bandung. 


Acara ini mengajak para Barista, atau siapapun yang tertarik dan punya perhatian lebih kepada kopi untuk mengunjungi perkebunan kopi secara langsung. Tidak semua Barista pernah mengunjugi perkebunan kopi, dan tujuan diadakannya acara ini adalah supaya para barista lebih mengenal bagaimana cara penanaman, perawatan dan pengolahan kopi yang baik, supaya bisa menghasilkan kualitas dan rasa kopi yang baik pula. Selain untuk menambah pengetahuan para barista tentang perkebunan kopi, acara ini juga  mengajak para barista untuk bertemu secara langsung dengan para petani kopi disana, melihat perjuangan para petani kopi untuk  menanam, merawat dan mengurus pohon-pohon kopi, supaya ketika masa panen datang bisa menghasilkan biji kopi yang memang bagus
Perkebunan kopi Rantaya, terletak di Desa Lamajang, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Perkebunan kopi ini terletak di ketinggian 1700 meter diatas  permukaan laut, dan dengan ketinggian tersebut jenis kopi Arabika bisa tumbuh dengan baik disini,  tentunya di tunjang dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman kopi itu sendiri secara baik pula.  Perkebunan ini di kelola oleh Morning Glory coffee, Bandung. Selain mengelola perkebunan, Morning Glory coffee juga memberikan pemahaman dan bimbingan bagaimana menanam dan merawat  pohon-pohon kopi  kepada para masyarakat petani kopi disana.
Jumlah peserta kegiatan Barista Boot Camp berjumlah dua puluh lima orang, hampir semuanya berasal dari Jakarta dan daerah sekitar Jakarta. Ada empat orang peserta dari Singapura, dan seorang peserta asal Amerika yang sudah lama tinggal di Bandung, tiga orang peserta dari Bandung  dan tentunya ada peserta dari Cirebon juga.
Sebagian peserta berangkat dari Jakarta, mereka berkumpul di Get Back Coffee, Jakarta selatan. Sekitar pukul 04:30 WIB  para peserta berangkat menuju Morning  Glory Coffee Bandung . Setelah semua peserta bekumpul, panitia memberikan informasi  tentang  medan perjalan yang akan dilewati  kepada seluruh peserta. Sebelum berangkat, para peserta yang berjumlah dua piluh lima, akan di bagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok berjumlah lima orang, jadi totalnya ada lima kelompok. Selanjutnya, kita memeriksa barang bawaan masing-masing. Sekitar tepat pukul 08:30 WIB bus yang ditumpangi peserta mulai meninggalkan kota Bandung menuju tempat kegiatan di Pangalengan.

Bus berangkat menuju Pangalengan.




Setelah berkendara selama kurang lebih satu setengah jam , kami para peserta akhirnya tiba juga di tempat tujuan. Disana kami terlebih dahulu menyinggahi rumah petani kopi, karena beliau sedang sakit jadi niat kami sekalian menjenguk dan bersilaturahmi. Selepas dari menjenguk petani kopi, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan, dari rumah tadi ketempat perkebunan ternyata memang lumayan masih  jauh. Kita akan melewati Unit pembangkit Listrik tenaga air ( PLTA ) Saguling ketika berkendara menuju perkebunan.
            Setelah melwati jalan di daerah pegunungan yang khas dengan jalan yang turun-naik dan berbelok-belok, kami tiba di tempat dimana Bus akan diparkirkan. Setelah turun dari bus, para peserta bekumpul bersama kelomponya masing-masing. Setelah semua peserta berkumpul, kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki angutan pedesaan, harus naik mobil sekali lagi ternyata untuk sampai ke titik awal perjalanan kami menuju perkebunan kopi. Satu mobil diisi oleh dua rombongan peserta, berarti mobil itu berisi sepuluh orang peserta, mungkin karena beban berlebih, atau memang karena mobil angkutan desa itu sudah berumur tua dan kurang mendapat perawatan ditambah medan jalan yang memang menanjak dan berbatu, hasilnya mobil itu tidak bisa membawa rombongan saya melewati sebuah tanjakan. Kami turun dan berjalan untuk melewati tanjakan, pemanasan yang lumayan menguras keringat walaupun belum memulai pendakian yang sebenarnya.

Mobil mogok






            Mobil bisa melewati tanjakan tanpa ada penumpang didalamnya kecuali supir. Tanjakan sudah bisa dilewati, kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Setelah tiba di base camp yang juga merupakan rumah penduduk kami beristirahat sebentar. Panitia acara membagikan perbekalan berupa nasi kotak dan air mineral kepada para peserta. Setelah kami di data ulang, supaya tidak ada yang tertinggal, dimulailah perjalan kami menuju perkebunan kopi. dengan berjalan kaki tentunya.
            Diawal perjalanan kami langsung di sambut dengan tanjakan yang cukup terjal, di tambah cuaca siang hari yang memang panas membuat beberapa peserta berkeringat dan kepayahan, termasuk saya. Tapi kami tetap bersemangat untuk melanjutkan perjalanan

peserta mulai kelelahan






.
masih harus melewati tanjakan, tapi kami tetap semangat.






Pemandangan khas daerah pegunungan yang memang cantik, sedikit bisa melupakan tanjakan yang membuat kami kelelahan tadi.

 
 

hutan pinus






Ditengah perjalanan, kami mulai bisa melihat beberapa pohon kopi yang sudah berbuah, masih berwarna hijau memang, butuh sekitar empat bulan lagi untuk berwarna merah dan siap untuk di petik.

buah kopi yang masih berwarna hijau



Masa penanaman pohon kopi di perkebunan ini berbeda-beda, itulah mengapa di beberpa bagian perkebunan masih ada pohon kopi yang masih pada tahap berbunga, sebagian masih pada tahap berbuah dan sebagian lainnya sudah masuk tahap panen.

bunga kopi


Sayangnya ketika kami berkunjung, masa panen kopi sudah selesai dan kami tidak bisa ikut berkegiatan memetik buah kopi ketika panen. Untuk mengobati rasa kekecewaan kami, para petani kopi menunjukan sisa buah kopi yang baru di petik beberapa hari sebelumnya.

buah kopi yang sudah dipetik

melihat buah kopi



Perkebunan  yang di kelola oleh Morning Glory Coffee dan warga petani kopi disini, memiliki luas sekitar seribu lima ratus hektar. Per-hektarnya ditanami sekitar dua puluh lima pohon kopi, dan setiap satu hektar bisa menghasilkan delapan ratus kilo biji kopi mentah ( green bean ). Saya sempat memakan buah kopi yang sudah berwarna merah, dan rasanya ternyata manis.
Setelah melihat pohon, dan mencicipi biji kopi matang secara langsung, kami masih harus berjan sedikit lagi untuk menuju tempat dimana kita akan makan siang bersama.


menyantap makan siang.,


Setelah selesai menyantap makan siang kami, acara dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab bersama petani, lebih tepatnya sesi acara mendengarkan pengalaman dan suka-duka mereka selama mengurus perkebunan kopi ini. Pa.didi,  nama petani kopi itu bercerita tentang pengalamannya mengurus perkebunan kopi ini. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang  masih terbatas dan kadang diselingi menggunakan bahasa sunda, dia terlihat sederhana. Beliau bercerita;  dua tahun yang lalu, sebelum beliau bertemu pak. Nael ( Nathanael Charis )  dari Morning Glory, beliau dan warga petani kopi menanam kopi secara pribadi, tidak dibekali ilmu bagaimana memilih bibit kopi yang baik, melakukan perawatan dan pemeliharaan yang baik, sehingga sering mengalami kegagalan panen, entah itu karena hama atau atau cara pemeliharaan tanaman kopi yang salah. Ketika itu beliau merasa seperti “ Teu boga indung”  celetuknya menggunakan bahasa sunda karena tidak ada yang mengurus atau mengarahkan, ketika ada yang bertanya tentang ada tidaknya perhatian dari dinas pemerintahan terkait, beliau menjawab ; katanya pernah di beri bibit kopi dari pemerintah, tapi karena mereka tidak diberi pengetahuan yang cukup tentang penanaman dan perawatan tanaman kopi yang baik, akhirnya  tanaman kopi itu mati. Beliau sempat putus asa waktu itu, dia rela memboyong semua anggota keluarganya ke tengah perkebunan yang jauh dari desa dan tanpa listrik, beliau tinggal disana selama hampir dua tahun ketika itu.

berbincang dengan Pa. Didi 



Tapi setelah bertemu dengan pak.Nael dua tahun yang lalu ,  Alhamdulillah sekarang kami bisa menanam pohon kopi dengan cara yang benar, dan itu berkat informasi dan pemahaman yang di berikan oleh pak.Nael kepada kami para warga petani kopi. Terima kasih kepada Bapak.Nael yang mau peduli kepada kami. Ucap pak.Didi diikuti oleh tepukan tangan para peserta tanda penghormatan kepada Pak.Nael.
Setelah berbincang dengan Pak.Didi, kami para peserta melanjutkan perjalanan, kami menuju tempat yang mana disana akan diadakan games menarik dari panitia acara. Kami masih harus melewati beberapa tanjakan dan beberapa turunan lagi untuk menuju kesana, ditambah dengan masih rimbunnya pohon, dan terdapat sejenis rumput yang beracun bernama daun pulus dan akan mengakibatkan kulit kita terasa terbakar jika menyentuhnya, kami para peserta semakin tersasa tertantang untuk melewatinya.


Jalan menurun yang licin dan  terjal


Awas daun pulus!


Masih ada pohon kopi lagi ternyata, sebagian sudah tinggi, dan sebagiannya lagi masih belum tinggi.



 




Setelah sampai, panitia kembali membagi kami kedalam kelompok yang sudah ditentukan tadi. Akan diadakan semacam perlomban, mereka sudah menyiapkan beberapa tungku dan wajan tradisonal yang terbuat dari tanah liat.



Bapak yang membantu menyalakan api.



Ternyata kami di berikan tantangan untuk meroasting biji kopi mentah dengan cara tradisonal, yaitu dengan menggunakan tungku dan wajan tanah liat tadi. 



                                       Pak.Nael sedang memberitahukan peraturannya.



Setiap kelompok diberikan sekitar dua ratus lima puluh  gram biji kopi mentah untukdiroasting. Semua peserta langsung menuju ke tungku yang sudah di persiapkan, meskipun para petani kopi tadi sudah membantu menyalakan api untuk kami, tapi kami masih harus berusaha menjaga agar api tetap stabil, tidak terlalu besar dan tidak terlalukecil, karena akan mempengaruhi kepada hasil akhirnya.

 






Ga sedih, ga apa tapi tiba-tiba nangis gara-gara banyak asap.




Dengan pengetahuan saya yang kurang tentang seperti apa biji kopi yang baik ketika di roasting, hanya menggunakan pengetahuan yang terbatas, kami memutuskan memindahkan biji kopi yang menurut kami sudah terlihat menggelap.




Hasil roastingan kelompok kami.



KOMPI 3 , Mas.Fadil, Mba.Ally, Pak.Bob dan Mba.Yen


Setelah dirasa cukup, kami langsung menuju tempat timbangan, harus ada dua puluh empat gram biji kopi  yang nantinya akan kita grind dan diseduh kemudian,  para juri akan mencicipi kopi para peserta untuk menilai dan menentukan pemenangnya.





Semua kelompok peserta sudah hampir menyelesikan rangkaian tantangannya masing-masing. Dan para juri siap intuk menilai.



Para juri
 




Kompi tiga.
 


Lagi milih mana yang enak




Setelah semua juri mencicipi dan menilai hasil akhir semua peserta, sambil menunggu pengumuman pemenangnya  kami diberikan satu lagi tantangan, yaitu memikul karung yang berisi buah kopi, tujuan tantangan ini adalah supaya kita juga bisa merasakan kehidupan para petani kopi setiap harinya. Untuk pria akan diberi beban sekitar tiga puluh kilo, dan wanita hanya lima belas kilo. Sedangkan para petani kopi biasa membawa sekitar enam puluh kilo, dan berjalan turun naik bukit, kami para peserta hanya perlu membawa beban itu sekitar tiga puluh langkahan kaki.






Tiga puluh kilo gram untuk peserta laki-laki



Lima belas kilo gram untuk peserta perempuan.



Akhirnya semua peserta bisa melewati tantangan tersebut, walau dengan roman muka yang sudah tidak terkontrol

Permainan dan tantangan sudah berhasil di lalui para peserta dengan penuh kegembiraan , walaupun harus berjuang melawan asap ketika meroasting biji kopi dengan cara tradiosinal ataupun ketika harus menguji kekuatan otot ketika memikul karung yang berisi biji kopi tadi. Tapi, semua peserta masih terlihat bersemangat.
Di puncak acara kami akan dilantik oleh petugas TNI yang memang dari tadi sudah mendampingi kami. Kenapa harus dilantik? Karena kami sudah mau “disiksa” dengan berjalan naik gunung, berkeringat dan kami membayar untuk itu semua. Candaan Bapak petugas itu.







Dan sebagai tanda kita sudah mengikuti kegiatan ini, masing-masing dari kami akan menerima sebuah BROS (pin) yang langsung diberikan oleh Bapak.Petugas.




Pemberian lencana.






Setelah semua mendapatkan Lencana, akhirnya acara yang ditunggu-tunggu tiba. Pengumuman pemenang lomba roasting dengan cara tradional tadi.




Pengumuman pemenang dimulai, hanya tiga besar yang di panggil kedepan. Kata para juri, juara pertama dan juara kedua nilainya hanya beda setengah saja.



Pa.bob, Mas.aga dan Mas.nur



Tiga besar kelompok sudah di panggil kedepan, kelompok tiga ( kelompok saya) diwakili oleh Pa.bob, kelompok Lima diwakili oleh Mas.Aga dan kelompok satu yang diwakili oleh Mas.Nur.

Pemenang sudah ditentukan, terbaik ketiga diraih oleh kelompok Lima, yang di wakili Mas.Aga.




And the winner is…...



Terbaik pertama jatuh kepada kelompoknya Mas.Nur, dan kelompok tiga (kelompok saya) otomatis menjadi terbaik kedua.


Dan semua bertepuk tangan, tertawa dan bergembira ketika itu.





Semua rangkaian acara Barista Boot Camp sudah dilewati oleh para peserta. Hari sudah mulai sore, jadi saatnya kami meninggalkan perkebunan kopi itu, dan kembali ke Bandung. 


Semua peserta berfoto bersama.




Minum secangkir kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia, hampir setiap hari di waktu pagi, siang ataupun malam hari masyarakat menikmati mimuman kopi. Dari semakin banyaknya masyarakat yang gemar minum kopi  diikuti pula kemunculan tempat-tempat yang menyediakan minuman kopi sebagai sajin utamanya, kedai kopi saya menyebutnya. Dan semakin banyaknya kedai kopi bermunculan, secara tidak langsung akan membutuhkan sumber daya manusia untuk membuat minuman dari kopi dan minuman lainnya yang berbahan dasar kopi. Barista adalah sebutan kepada orang yang biasa membuat minuman dari kopi, dan saya berkesempatan untuk belajar menjadi seorang pembuat minuman berbahan dasar kopi tersebut.
            Secangkir kopi yang biasa saya sajikan kepada pelanggan, ternyata memerlukan proses yang lama dan panjang sebelum bisa mereka dan kita nikmati. Dari mulai penanaman bibit kopi, sampai buah kopi siap di panen memerlukan waktu sekitar empat tahun.  Setelah buah kopi di petik, masih harus diproses lagi ; pencucian, pemisahan biji dan kulitnya, penjemuran ( akan lebih lama jika cuaca hujan ) dan proses lainnya. Untuk meminum secangkir kopi yang biasanya hanya bisa kita habiskan sekitar lima menit tenyata memerlukan proses yang tidaklah sebentar. Hal tersebut saya ketahui setelah mengikuti kegiatan Barista Boot Camp tanggal 21 September kemarin.
Selain pengetahuan tentang tanaman kopi dan pemeliharaannya, acara Barista Boot Camp juga seakan membuka mata para peserta kegiatan tersebut, melihat kehidupan para petani kopi disana yang setiap hari harus melalui medan yang  tidaklah mudah untuk menanam, merawat tanaman kopi, membawa berkarung-karung buah kopi melewati jalan yang naik turun, ditambah lagi ketika hujan jalan tersebut akan lebih sulit untuk dilalui.
            Semuanya butuh proses, tidak ada hal  yang langsung terjadi begitu saja. Begitupun dengan secangkir kopi pagi anda. Ada para  petani kopi yang tangguh di awal semua proses itu.
Terimakasih banyak saya haturkan kepada keluarga besar BARAJA COFFEE INDONESIA yang telah memberikan kesempatan kepada  saya untuk mengikuti kegiatan tersebut, banyak sekali hal baru yang saya pelajari, baik yang berhubungan dengan kopi ataupun yang lainnya. Semoga bisa bermanfa’at untuk kita semua, terutama untuk diri saya pribadi.

*************



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...