Barista Boot Camp adalah acara yang
diselenggarakan oleh sebuah majalah online di Indonesia yang focus mengulas
segala sesuatu tentang kopi dan yang berhubungan dengan kopi itu sendiri. cikopi.com , bekerja sama dengan Get Back Coffee, Jakarta dan Morning Glory Coffee, Bandung.
Acara ini mengajak para Barista, atau
siapapun yang tertarik dan punya perhatian lebih kepada kopi untuk mengunjungi
perkebunan kopi secara langsung. Tidak semua Barista pernah mengunjugi
perkebunan kopi, dan tujuan diadakannya acara ini adalah supaya para barista
lebih mengenal bagaimana cara penanaman, perawatan dan pengolahan kopi yang
baik, supaya bisa menghasilkan kualitas dan rasa kopi yang baik pula. Selain
untuk menambah pengetahuan para barista tentang perkebunan kopi, acara ini
juga mengajak para barista untuk bertemu
secara langsung dengan para petani kopi disana, melihat perjuangan para petani
kopi untuk menanam, merawat dan mengurus
pohon-pohon kopi, supaya ketika masa panen datang bisa menghasilkan biji kopi
yang memang bagus
Perkebunan kopi Rantaya, terletak di
Desa Lamajang, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Perkebunan kopi ini terletak di
ketinggian 1700 meter diatas permukaan
laut, dan dengan ketinggian tersebut jenis kopi Arabika bisa tumbuh dengan baik
disini, tentunya di tunjang dengan
perawatan dan pemeliharaan tanaman kopi itu sendiri secara baik pula. Perkebunan ini di kelola oleh Morning Glory coffee, Bandung. Selain
mengelola perkebunan, Morning Glory
coffee juga memberikan pemahaman dan bimbingan bagaimana menanam dan
merawat pohon-pohon kopi kepada para masyarakat petani kopi disana.
Jumlah peserta kegiatan Barista Boot Camp berjumlah dua puluh
lima orang, hampir semuanya berasal dari Jakarta dan daerah sekitar Jakarta.
Ada empat orang peserta dari Singapura, dan seorang peserta asal Amerika yang
sudah lama tinggal di Bandung, tiga orang peserta dari Bandung dan tentunya ada peserta dari Cirebon juga.
Sebagian peserta
berangkat dari Jakarta, mereka berkumpul di Get
Back Coffee, Jakarta selatan. Sekitar pukul 04:30 WIB para peserta berangkat menuju Morning
Glory Coffee Bandung . Setelah semua peserta bekumpul, panitia
memberikan informasi tentang medan perjalan yang akan dilewati kepada seluruh peserta. Sebelum berangkat,
para peserta yang berjumlah dua piluh lima, akan di bagi menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok berjumlah lima orang, jadi totalnya ada lima kelompok.
Selanjutnya, kita memeriksa barang bawaan masing-masing. Sekitar tepat pukul
08:30 WIB bus yang ditumpangi peserta mulai meninggalkan kota Bandung menuju
tempat kegiatan di Pangalengan.
Bus berangkat menuju Pangalengan. |
Setelah berkendara selama kurang lebih satu setengah jam ,
kami para peserta akhirnya tiba juga di tempat tujuan. Disana kami terlebih
dahulu menyinggahi rumah petani kopi, karena beliau sedang sakit jadi niat kami
sekalian menjenguk dan bersilaturahmi. Selepas dari menjenguk petani kopi, kami
kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan, dari rumah tadi ketempat
perkebunan ternyata memang lumayan masih
jauh. Kita akan melewati Unit pembangkit Listrik tenaga air ( PLTA )
Saguling ketika berkendara menuju perkebunan.
Setelah
melwati jalan di daerah pegunungan yang khas dengan jalan yang turun-naik dan
berbelok-belok, kami tiba di tempat dimana Bus akan diparkirkan. Setelah turun
dari bus, para peserta bekumpul bersama kelomponya masing-masing. Setelah semua
peserta berkumpul, kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki angutan pedesaan,
harus naik mobil sekali lagi ternyata untuk sampai ke titik awal perjalanan
kami menuju perkebunan kopi. Satu mobil diisi oleh dua rombongan peserta,
berarti mobil itu berisi sepuluh orang peserta, mungkin karena beban berlebih,
atau memang karena mobil angkutan desa itu sudah berumur tua dan kurang
mendapat perawatan ditambah medan jalan yang memang menanjak dan berbatu,
hasilnya mobil itu tidak bisa membawa rombongan saya melewati sebuah tanjakan.
Kami turun dan berjalan untuk melewati tanjakan, pemanasan yang lumayan
menguras keringat walaupun belum memulai pendakian yang sebenarnya.
Mobil mogok |
Mobil bisa
melewati tanjakan tanpa ada penumpang didalamnya kecuali supir. Tanjakan sudah
bisa dilewati, kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Setelah tiba
di base camp yang juga merupakan rumah penduduk kami beristirahat sebentar. Panitia
acara membagikan perbekalan berupa nasi kotak dan air mineral kepada para
peserta. Setelah kami di data ulang, supaya tidak ada yang tertinggal,
dimulailah perjalan kami menuju perkebunan kopi. dengan berjalan kaki tentunya.
Diawal
perjalanan kami langsung di sambut dengan tanjakan yang cukup terjal, di tambah
cuaca siang hari yang memang panas membuat beberapa peserta berkeringat dan
kepayahan, termasuk saya. Tapi kami tetap bersemangat untuk melanjutkan
perjalanan
peserta mulai kelelahan |
.
masih harus melewati tanjakan, tapi kami tetap semangat. |
Pemandangan khas daerah pegunungan
yang memang cantik, sedikit bisa melupakan tanjakan yang membuat kami kelelahan
tadi.
hutan pinus |
Ditengah perjalanan, kami mulai bisa
melihat beberapa pohon kopi yang sudah berbuah, masih berwarna hijau memang,
butuh sekitar empat bulan lagi untuk berwarna merah dan siap untuk di petik.
buah kopi yang masih berwarna hijau |
Masa penanaman pohon kopi di perkebunan ini berbeda-beda,
itulah mengapa di beberpa bagian perkebunan masih ada pohon kopi yang masih
pada tahap berbunga, sebagian masih pada tahap berbuah dan sebagian lainnya
sudah masuk tahap panen.
bunga kopi |
Sayangnya ketika kami berkunjung, masa panen kopi sudah
selesai dan kami tidak bisa ikut berkegiatan memetik buah kopi ketika panen. Untuk
mengobati rasa kekecewaan kami, para petani kopi menunjukan sisa buah kopi yang
baru di petik beberapa hari sebelumnya.
buah kopi yang sudah dipetik |
melihat buah kopi |
Perkebunan yang di
kelola oleh Morning Glory Coffee dan
warga petani kopi disini, memiliki luas sekitar seribu lima ratus hektar.
Per-hektarnya ditanami sekitar dua puluh lima pohon kopi, dan setiap satu
hektar bisa menghasilkan delapan ratus kilo biji kopi mentah ( green bean ).
Saya sempat memakan buah kopi yang sudah berwarna merah, dan rasanya ternyata
manis.
Setelah melihat pohon, dan mencicipi biji kopi matang secara
langsung, kami masih harus berjan sedikit lagi untuk menuju tempat dimana kita
akan makan siang bersama.
menyantap makan siang., |
Setelah
selesai menyantap makan siang kami, acara dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab
bersama petani, lebih tepatnya sesi acara mendengarkan pengalaman dan suka-duka
mereka selama mengurus perkebunan kopi ini. Pa.didi, nama petani kopi itu bercerita tentang
pengalamannya mengurus perkebunan kopi ini. Dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang masih terbatas dan kadang diselingi
menggunakan bahasa sunda, dia terlihat sederhana. Beliau bercerita; dua tahun yang lalu, sebelum beliau bertemu
pak. Nael ( Nathanael Charis ) dari Morning
Glory, beliau dan warga petani kopi menanam kopi secara pribadi, tidak
dibekali ilmu bagaimana memilih bibit kopi yang baik, melakukan perawatan dan
pemeliharaan yang baik, sehingga sering mengalami kegagalan panen, entah itu
karena hama atau atau cara pemeliharaan tanaman kopi yang salah. Ketika itu
beliau merasa seperti “ Teu boga indung” celetuknya menggunakan bahasa sunda karena
tidak ada yang mengurus atau mengarahkan, ketika ada yang bertanya tentang ada
tidaknya perhatian dari dinas pemerintahan terkait,
beliau menjawab ; katanya pernah di beri bibit kopi dari pemerintah, tapi
karena mereka tidak diberi pengetahuan yang cukup tentang penanaman dan
perawatan tanaman kopi yang baik, akhirnya
tanaman kopi itu mati. Beliau sempat putus asa waktu itu, dia rela
memboyong semua anggota keluarganya ke tengah perkebunan yang jauh dari desa
dan tanpa listrik, beliau tinggal disana selama hampir dua tahun ketika itu.
Tapi setelah bertemu dengan pak.Nael dua tahun yang lalu , Alhamdulillah sekarang kami bisa menanam pohon kopi dengan cara yang benar, dan itu berkat informasi dan pemahaman yang di berikan oleh pak.Nael kepada kami para warga petani kopi. Terima kasih kepada Bapak.Nael yang mau peduli kepada kami. Ucap pak.Didi diikuti oleh tepukan tangan para peserta tanda penghormatan kepada Pak.Nael.
Setelah sampai, panitia kembali membagi kami kedalam kelompok yang sudah ditentukan tadi. Akan diadakan semacam perlomban, mereka sudah menyiapkan beberapa tungku dan wajan tradisonal yang terbuat dari tanah liat.
Ternyata kami di berikan tantangan untuk meroasting biji kopi mentah dengan cara tradisonal, yaitu dengan menggunakan tungku dan wajan tanah liat tadi.
berbincang dengan Pa. Didi |
Tapi setelah bertemu dengan pak.Nael dua tahun yang lalu , Alhamdulillah sekarang kami bisa menanam pohon kopi dengan cara yang benar, dan itu berkat informasi dan pemahaman yang di berikan oleh pak.Nael kepada kami para warga petani kopi. Terima kasih kepada Bapak.Nael yang mau peduli kepada kami. Ucap pak.Didi diikuti oleh tepukan tangan para peserta tanda penghormatan kepada Pak.Nael.
Setelah
berbincang dengan Pak.Didi, kami para peserta melanjutkan perjalanan, kami
menuju tempat yang mana disana akan diadakan games menarik dari panitia acara.
Kami masih harus melewati beberapa tanjakan dan beberapa turunan lagi untuk
menuju kesana, ditambah dengan masih rimbunnya pohon, dan terdapat sejenis
rumput yang beracun bernama daun pulus dan akan mengakibatkan kulit kita terasa
terbakar jika menyentuhnya, kami para peserta semakin tersasa tertantang untuk
melewatinya.
Jalan menurun yang licin dan terjal
|
Awas daun pulus!
|
Masih ada pohon kopi lagi ternyata, sebagian sudah tinggi,
dan sebagiannya lagi masih belum tinggi.
Setelah sampai, panitia kembali membagi kami kedalam kelompok yang sudah ditentukan tadi. Akan diadakan semacam perlomban, mereka sudah menyiapkan beberapa tungku dan wajan tradisonal yang terbuat dari tanah liat.
Bapak yang membantu menyalakan api.
|
Ternyata kami di berikan tantangan untuk meroasting biji kopi mentah dengan cara tradisonal, yaitu dengan menggunakan tungku dan wajan tanah liat tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar