Selasa, 13 Agustus 2013

3.087 mdpl (lagi) . Puncak dan kebahagian



Saya menyukai dan hampir bisa di bilang sangat menggemari kegiatan mendaki gunung, meski sangat sedikit pengalaman dan pengetahuan saya tentang kegiatan pendakian gunung, tapi kodrat manusia adalah belajar.
Kegiatan mendaki gunung memang sangat membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena saya masih berstatus pekerja yang dan masih berada dalam teror sebuah kalimat  'ga kerja, ga makan' jarang sekali saya mempunyai waktu yang cukup luang untuk menyempatkan diri menyinggahi atap daratan.



MARI BERCERITA

Ramadhan sudah pulang, dia berjanji akan datang lagi tahun depan. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, katanya. dan setelah berpisah dengan ramadhan kita akan bertemu lebaran, dan lebaran berarti liburan yang  ( lumayan ) panjang, dan saya menyempatkan waktu saya yang sedikit itu untuk menyinggahi gunung tertinggi di Jawa Barat. Ceremai.

Saya memilih Gunung Ceremai karena Ceremai gunung yang paling dekat dengan rumah , dan yang pasti tidak memerlukan  waktu yang cukup banyak untuk kesana.
Setelah berbincang dan membicarakannya  bersama siapa saja yang ikut, akhirnya kita memutuskan untuk mendaki pada H+1 lebaran.


Terminal Maja



Setelah sampai di terminal Maja, kami langsung mencari kendaran bak terbuka untuk mengantar kami ke Desa Apuy, Desa pintu masuk kawasn Taman Nasional Gunung Ceremai, karena beberapa waktu yang lalu ada kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minyak, jadi tarif angkutan menuju apuy yang tadinya Rp.5000,- menjadi Rp.7000.-.


Perjalanan Menuju Apuy


Setelah tiba di Desa Apuy, kita langsung di sambut oleh pertugas TNGC dan langsung melakukan pendaftaran dan membayar Tiket masuk sebesar Rp.10000.-.
Setelah melakukan pendaftaran dan menerima beberpa wejangan dari petugas, kita langsung menuju Berod, pintu masuk kawasan TNGC via apuy, dan tempat terakhir yang menyediakan banyak air.
Normalnya kita kesana dengan berjalan kaki selama kurang lebih satu jam, tapi karena beban bawaan di punnggung tidaklah ringan, waktu satu jam bisa kita tempuh dengan waktu yang berlebih. ditambah dengan jalan yang menanjak akan membuat badan kita kepayahan setelah menyantap hidangan lebaran secara berlebih. Tapi saya dan kawan-kawan tidak perlu melewati fase itu untuk sampai ke Berod, karena mamang supir menawarkan jasanya untuk mengantar kita sampai kesana, dengan ongkos tambahan tentunya.




reza dan Faisal

Berod




Tiba di berod, kami langsung mengisi botol kosong bawaan kami dari rumah, lebih menghemat biaya dan tenaga tentunya kan. Dan setalh beristirhat lumyan lama, kita melanjutkan perjalanan menuju pos Arban, jalan dari berod ke arban ditimbuhi banyak ilalang dan rumput liar yang lumayan cukup tinggi, dan karena saya hanya menggunakan celana kolor, alhasil kaki saya gatal-gatal.




 Arban



Karena terik matahari musim kemarau yang menyengat walaupun sudah agak sore, membuat badan saya sedikit kepayahan, dan memutuskan berlama-lama di Arban.
Setelah dirasa cukup beristirahat dan memang waktu sebentar lagi gelap, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pos dua, di sepanjang jalan pos Arban menuju poa dua , kami menemukan kotoran luwak yang tentunya terdpat biji kopi pada kotorannya.


kotoran Luwak
Para Luwak sepertinya baru saja membuang hajat mereka, kotorannya masih basah dan kami memutuskan menyimpannya di sela-sela pohon dan akan mengambilnya besok pada perjalanan turun sekalian menunggu mengering.
Saya heran, beberpa kali saya mampir ke Cermai saya tidak pernah menemukan Pohon Kopi, dan setelah menemukan kotoran Luwak yang ada biji kopinya, bisa jadi ada Pohon Kopi di sekitar lereng Ceremai.

Rencana sebelumnya akan mendirikan tenda di sektaran pos enam atau di gua walet, tapi karena malam sudah menggulita dan karena saya sudah kepayahan pula, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos lima saja.






Diperjlanan menuju pos lima, kami bertemu rombongan pendaki lain dari Rajagaluh, mereka berjumlah tiga orang, dan karena kami mendaki pada H+1 Lebaran, gunung masig sangat sepi, dan bisa dibilang hanya ada kami di di tengah hutan Cermai jalur Apuy.

  
malam di pos lima



Tiba di pos lima, kami langsung mendirikan tenda dan bersiap menyantap hidangan lebaran yang sudah kami siapkan dari rumah.
Rombongan dari Rajagaluh berpamitan, katanya mereka mau ngecamp di gua walet.
Setelah memanjakan cacing dalam perut yang dari tadi kebanjiran karena hanya diberi minum sepanjang perjalanan, dan karena angin musim kemarau datang dengan membawa hawa dingin, tanpa dikomando kami langsung masuk tenda untuk melasanakan tidur, dan menyimpan tenaga untuk pendakian ke puncak besok.

*************

Selamat pagi, entah kenapa tadi malam saya memimipkan sosok Donita, bukan mimpi yang macan-macam tentunya. Terima kasih Donita, sudah mau mampir ke mimpi saya, pagi saya terasa berbeda.

Coffee timeeee....

Special Kopi Toraja.

pagi hari di pos lima


Sarapan, aktivitas yang sangt penting kita lakukan ketika menyambut pagi di gunung, mengisi tenaga sebelum melanjutkan perjalanan, dan bercerita tentang pengalamn perjalnan sebelumnya.
Setelah dirasa cukup kenyang, kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalan menuju puncak, dengan menbawa bawaan yang tidak terlalu banyak, dan meninggalgkan separuhnya di dalam tenda yang kita juga tinggal.

perjalan menuju puncak



Allahu Akbar, kami bukan teroris.



Kami harus bebagi beban dengan cara saling bergantian membawa ransel, jalan ke puncak sangat terjal, saya beberpa kali kepayahan dan ketinggalan jauh di belakang.

pertigaan Apuy, Puncak, Palutungan



Kami menemukan prasasti di tengah perjalanan, prasasti bertuliskan nama beserta tanggal kelahiran dan tanggal kematiannya. Sekedar mengingatkan bahwa yang datang akan selalu pergi, dan yang pergi selalu akan kembali pada-NYA.


Semoga ia pergi dengan jiwa yang tentram, seperti ketentraman pegunungan yang ia cintai.
Selamat jalan dari kami yang masih dalam antrian.

Kami tiba di goa walet.


tinggal di kasih ujan, cewe dengan perut keliatan dan musik udah jadi fil m India.
ada-ada aje nih si mamang reza

Ahkrinya kami tiba di puncak ceremai dan dengan segera melakukan sesi pemotretan . hahahaha....




puncak dan kebahagian
Kawah Ceremai 



saya 

Andry

Temen saya Reza , ingin memberikan tanda mata kepada temannya yaitu dengan cara berfoto menggunakan pakian bertuliskan tempat Fitnes milik temannya. ( lain kali di sponsori buat naek gunung ye).



Dan saya tidak mau kalah heheheheh....

lebih cocok untuk iklan susu penambah berat badan sepertinya -_-

Angin cukup kencang di puncak, untuk menghangatkan badan kita memutuskan untuk minum kopi.



Kopi dan ketinggian. Mungkin inilah surga, bukan fatamorgana yang dijanjikan para pemuka Agama.


Setelah merasa puas memandangi dan mnegagumi keindahan dan kebesaran ciptaan-NYA, kami langsung kembali ke pos lima, tempat kami meninggalkan tenda dan barang kami lainnya.
Setiba di pos lima ada sesuatu yang bisa membuat saraf tertawa dan saraf malu kami terangsang secara bersamaa. Didalam tenda kami menemukan tas dengan isi p[enuh makanan, kami bertanya-tanya dari mana asal tas berisi makanan ini, kami mengira pendaki dari Rajagaluh yang sudah pulang terlebeih dahulu meninggalkannya untuk kami, untuk menurangi beban mereka fikir kami.
Dan setelah tersesat dalam jalan fikiran tadi, tanpa di komando kami langsung menyerbu tas berisi makan itu.
Tak lama setelah memakan hampir setengah isi tas, ada sesosok bapa datang membawa senapan.
Pemburu gelap sepertinya. dengan basa-basi kami menawari si bapa untuk makan dengan kami.

Kami : "Bapa, tuang pa" ( makan pa)

Pemburu : " mangga-mangga, bade maruncak jang?" ( silahkan, mau pada kepuncka ya de?)

Kami : " Tos turun pa, hayu pa tuang pa' ( uadah turun pa, ayo gabung makan)

Pemburu : " manga-manga, pan bapa ge gaduh etah di simpen dina tenda" ( silahkan-silahkan, bapa juga punya yang di simpan di tenda )

Mata kami saling mengadu pandang, dan tentunya pemikiran kami sama.
Tas berisi makan di dalam tenda itu milik si Bapak pemburu.
Syaraf tertawa dan syaraf malu kami bekerja bersamamaan waktu itu
Dengan memohon maaf, kami mengembalikan tas si bapa yang makannya sudah kami rampok setengah.


para pemburu burung, sebenarnya kegiatan ini sangat ilegal.
entah karena kurangnya pengawasan atau ketiadak perdulain kita terhadap lingkungan.






Setelah kami berklemas dan meminta maaf kepada bapa pemburu, kami langsung berpamitan untuk tutun duluan.
di sepanjang jalan turun kami bertemu banyak pendaki yang baru akan naik.






Mari pulanggggg.....
















Terima kasih Tuhan, Terima kasih Alam, Terima kasih Teman.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...